Monday, May 18, 2015

Mau Berkunjung ke Rumah Pegawai



BIG BROTHER
Namaku Martinus Rudy Hartanto. Bersama dengan saudara laki-laki ku, Alloysius Jeffry, kami mendirikan usaha yang bergerak pada bidang jasa percetakan. Usaha ini telah berusia sekitar dua tahun dan bernama Big Brother.
Saat ini, saya mempekerjakan setidaknya enam orang pegawai. Memang tidak mudah untuk memperoleh pegawai yang terampil dan memiliki moril yang baik. Oleh karena itu, interview menjadi salah satu alternatif solusi untuk mengurangi resiko merekrut pegawai yang kurang berkompeten. Selain metode interview, saya mewajibkan bagi mereka yang ingin bergabung sebagai pegawai tetap Big Brother, setidaknya mereka telah terlebih dahulu memiliki pengalaman di dunia percetakan.
Setelah mereka saya terima sebagai pegawai tetap, pelatihan demi pelatihan saya berikan kepada mereka agar keterampilan yang mereka miliki semakin dipoles dan memperbaiki kinerja mereka. Bentuk-bentuk pelatihan yang saya dan kakak saya berikan dapat berupa pelatihan maintenance mesin cetak dan tata cara operasional mesin cetak. Namun, karena mereka telah sebelumnya memiiliki pengalaman di dunia percetakan, maka pelatihan yang diberikan tidaklah banyak dengan asumsi mereka telah sebelumnya terbiasa dengan sistem operasional mesin cetak, sehingga pelatihan yang diberikan lebih bertumpu pada regulasi atau aturan-aturan pekerjaan yang tertulis dan tidak tertulis. Terlepas dari kinerja yang baik, tentu saja harapan saya adalah mereka harus memiliki etos kerja yang baik serta bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan.
Berkaitan dengan jenjang karir, saya tidak mengadakan sistem karir dalam bisnis saya, namun setiap pegawai saya, diharapkan dapat bekerja pada bidang yang beragam, seperti tukang potong yang juga mampu bekerja dengan mesin cetak hingga finishing sebuah produk. Intinya adalah, para pegawai saya harus bisa bekerja pada porsi masing-masing, namun juga tetap dapat bekerja dengan baik bilamana mereka memperoleh tugas yang berbeda dari sebelumnya. Saya berharap pegawai saya dapat saling melengkapi satu dengan yang lain.
Berbicara mengenai kinerja, saya memiliki cara tersendiri untuk menilai kinerja para pegawai saya, yakni dengan melihat apakah mereka memiliki inisiatif untuk mengerjakan pekerjaan yang lain saat pekerjaan utama mereka telah usai mereka kerjakan. Dengan kata lain, saat mereka mencicil pekerjaan mendatang terlepas setelah tugas yang diminta telah selesai dikerjakan, maka mereka memiliki inisiatif yang baik dan berimbas pada kinerja yang baik pula.
Omset yang saya peroleh setiap bulannya tidak lah selalu sama, namun rata-rata saya mampu memperoleh omset sebesar kurang lebih Rp- 100.000.000 (seratus juta rupiah). Dari omset tersebut, saya pun dapat memberikan kompensasi yang menurut saya layak untuk diberikan kepada para pegawai saya. Kompensasi yang diberikan tidak sama, yakni mulai dari angka Rp 1.200.000 (satu juta dua ratus ribu rupiah) hingga kompensasi tertinggi pada angka Rp 2.400.000 (dua juta empat ratus ribu rupiah) yang akan dibagikan secara bertahap setiap minggunya, belum termasuk dengan uang ‘lembur’ dan uang makan setiap harinya. Tidak berhenti pada kompensasi, jatah ‘cuti’ serta bilamana ada anggota keluarga pegawai saya yang sakit, saya akan memberikan santunan bagi mereka. Inilah cara saya untuk menghargai kerja keras pegawai saya.
Dalam setiap bisnis, tentu saja pola komunikasi sangatlah penting untuk ditinjau karena komunikasi adalah kunci utama bagi sebuah perusahaan atau bisnis tetap pada lajur ‘keuntungan’ sebab apa  yang diinginkan oleh perusahaan dapat dipahami oleh pegawai dan ini semua membutuhkan pola komunikasi yang benar. Dalam bisnis Big Brother yang saya kelola, saya menggunakan pola downward. Hal ini dibuktikan dengan adanya worklist yang saya berikan kepada para pegawai saya dan briefing khusus kepada Kepala Produksi (Kaprod) yang kemudian pesan tersebut dteruskan kembali pada para karyawan. Selain komunikasi formal, saya juga sering menyempatkan waktu untuk dapat berbincang-bincang dengan para pegawai saya diluar konteks ‘rapat’ atau meeting maupun briefing pekerjaan. Harapan saya, para pegawai saya dapat menghargai saya sebagai pimpinan, begitu pula sebaliknya, saya pun harus bisa menghargai setiap pendapat mereka.
Selanjutnya, saya selalu berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan kedekatan saya dengan pegawai saya terlepas dari konteks finansial perusahaan. Cara saya untuk tetap dapat menjaling hubungan yang baik dengan pegawai saya, adalah dengan berkunjung ke rumah pegawai saya dan bertamu disana. Selain itu, saya pun mencanangkan program yang diestimasikan saat Idul Fitri mendatang, saya beserta para karyawan akan mengadakan acara family gathering. Melalui acara tersebut, saya berharap dapat mendekatkan diri saya dengan para pegawai saya, begitu pula sebaliknya dengan pegawai saya.
Jam kerja yang saya tetapkan pada pegawai saya adalah mulai dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 16.00. Sedangkan pada hari jumat, saya memberikan waktu kosong bagi para pekerja saya terutama pekerja pria untuk melakukan sholat jumat.


Diceritakan kembali oleh:

Natalia Indriani Liena Djoh

No comments:

Post a Comment