Wednesday, November 13, 2013

Ketika Banyak yang Tidak Laku


MARTABAK MIE


Saya adalah Dessy. Umur saya 37 tahun. Saya membuka usaha martabak mie. Awal saya membuka usaha dari sebelum puasa tahun ini sampai saat ini. Usaha yang saya dirikan masih baru, tetapi banyak peminat untuk membeli martabak mie ini. Saya tidak hanya menjual martabak mie, disamping itu saya menjual es, yaitu es blewah dan es cao. 
        Saya membuka usaha ini karena saya lihat banyak konsumen yang menyukai martabak mie ini, sehingga saya berpikir memulai usaha membuka martabak mie. Tantangan yang saya hadapi dalam usaha ini adalah banyaknya penjual makanan dan minuman di sekitar tempat saya berjualan seperti penjual nasi goreng, mie goreng, bakso, es tebu, es campur. Selain itu, saya harus berupaya agar martabak mie ini laku habis terjual. Kalau tidak laku, saya harus membuang semua bahan dari martabak mie ini. Jika ada sisa yang sangat banyak saya bagi-bagikan kepada penjual-penjual yang ada di sekitar tempat saya jualan ini sehingga saya tidak perlu membuang semua bahan sisa penjualan martabak. Tantangan lain yang saya hadapi adalah tidak bisa menaikkan harga jual meski hampir semua bahan pokok melonjak naik. Sebab, jika harga martabak mie saya naikan, hampir sudah dapat dipastikan bahwa permintaan akan turun secara drastis. 
      Ciri khas martabak mie saya dibanding dengan martabak mie lainnya adalah saya memberikan isi seperti isi martabak mie biasa lalu saya tambahkan dengan jeroan ayam. Saya juga membantu suami saya yang berprofesi tukang becak untuk membantu mencari nafkah karena kebutuhan sehari-hari saat ini sangat mahal dan penghasilan dari suami saya itu hanya mencukupi untuk membayar sekolah anak saya yang masih SD. Sehari saya berjualan menghasilkan Rp. 100.000,00. Itu pun kalau semuanya laku dan habis semuanya. Banyaknya persaingan tidak membuatku putus asa, tetapi malah membuat semangat bertambah sehingga saya bisa mengkoreksi apa yang menjadi daya tarik konsumen agar tetap membeli matabak mie saya ini. Saya pernah megalami kerugian yang cukup besar sehingga saya sempat menutup usaha martabak ini. Setelah saya berpikir buat apa saya menyerah seperti ini, saya berpikir ulang untuk tetap melanjutkan usaha martabak ini dengan semangat tidak mudah menyerah.


Diceritakan Kembali Oleh:

Alberta

No comments:

Post a Comment