LAUVE BROWNIES
Nama saya Michelle Claudia. Saat ini saya berumur 17 tahun dan
duduk di bangku kelas 3 salah satu SMA
swasta di Surabaya. Saya memiliki bisnis di bidang pembuatan kue, khususnya
brownies panggang. Saya sudah menekuni bisnis ini sejak 2 tahun yang lalu. Pada
awalnya, saya memulai bisnis ini karena hobi membuat kue dan kebetulan kue
favorit saya adalah brownies. Jadi, saya memutuskan tak ada salahnya untuk
mencoba membuat brownies sendiri dan menjualnya ke orang lain. Awalnya,
konsumen saya adalah orang-orang terdekat, seperti keluarga besar dan
teman-teman. Sambutan mereka ternyata sangat positif. Hal itu membuat saya
semakin bersemangat menjalankan hobi sekaligus bisnis yang menghasilkan ini.
Saya melakukan
promosi melalui pesan singkat yang saya kirim berantai ke orang-orang yang saya
kenal serta memasang foto-foto brownies buatan saya lewat media sosial. Bahkan
kadang-kadang saya melakukan chatting satu persatu dengan mereka. Hasilnya
cukup memuaskan. Dari promosi yang saya lakukan, sudah banyak orang yang tahu
tentang Lauve Brownies dan melakukan pesanan. Setelah itu, banyak dari customer
saya akhirnya menyebarkan info tentang bisnis saya ke orang-orang lain yang
mereka kenal.
Ketika memulai
berbisnis, pasti ada saja masalah yang pernah saya hadapi. Karena bisnis saya
masih kecil , saya belum punya karyawan tetap. Saya hanya dibantu oleh ibu saya
dan asisten rumah tangga. Suatu kali, saya pernah jatuh sakit padahal saya
harus membuat banyak pesanan brownies. Karena dikerjakan dengan kondisi badan
yang tidak fit, hasil kuenya pun tidak sempurna. Untung saja saat itu ibu saya
segera membantu menyelesaikan pesanan kue. Hasil kue yang jelek terpaksa
dibuang demi menjaga kepuasan konsumen. Akan tetapi, hal itu tentu saja sudah merugikan
saya sebagai pemilik usaha.
Namun,
tantangan dari berbisnis tidak membuat saya mudah menyerah begitu saja. Dari
awal saya sudah memperlengkapi diri saya dengan berbagai hal yang dibutuhkan
untuk berbisnis. Menurut saya, untuk memulai berbisnis, pertama kita harus
memahami dengan benar bidang yang akan ditekuni. Seperti yang saya lakukan,
sebelum memulai bisnis ini, saya mencoba beberapa resep dan melakukan trial and
error untuk menghasilkan brownies dengan rasa terbaik. Jadi, keahlian/skill itu
sangat penting untuk menjaga kepuasan konsumen. Kedua, untuk memulai berbisnis,
kita harus punya niat dan tekad yang kuat agar pekerjaan yang dilakukan bisa
maksimal. Niat dan tekad ini sangat diperlukan agar kita tidak mudah menyerah
ketika menghadapi tantangan dan risiko. Ketiga, kita harus mempunyai kemampuan
pembukuan yang baik agar dapat mengetahui dengan jelas berapa jumlah pemasukan
dan pengeluaran. Agar jangan sampai pengeluaran kita lebih besar daripada
pemasukan yang diperoleh. Selain itu, kemampuan hitung-menghitung ini juga
bagus dikuasai agar tidak mudah ditipu orang.
Bisnis yang saya
tekuni ini tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut saya, kelebihan
dari brownies saya terletak pada rasanya karena saya menggunakan bahan-bahan
yang berkualitas. Bagi saya kualitas dan kepuasan konsumen adalah yang utama.
Harga tak jadi masalah asalkan tetap rasional dan sebanding dengan kepuasan
yang diperoleh konsumen. Banyak customer saya mengatakan bahwa rasa brownies
saya berbeda dan lebih enak dari brownies yang dijual orang lain. Selain itu,
saya bisa membuatkan packaging khusus bila ada konsumen yang ingin memberikan
brownies sebagai hadiah untuk orang lain. Kekurangan dari bisnis saya adalah
masih kurangnya tenaga kerja dan peralatan yang saya miliki sehingga saya belum
mampu membuat pesanan dalam jumlah besar. Selain itu, untuk packaging, saya
masih menggunakan box yang biasa dijual di pasaran sehingga kemasan masih
kurang menarik.
Saya berharap,
bisnis saya boleh tetap berjalan dengan baik dan bisa belajar dari semua
tantangan dan masalah yang saya hadapi. Harapan saya, konsumen boleh tetap
loyal dan puas dengan Lauve Brownies.
Diceritakan Kembali Oleh:
No comments:
Post a Comment